Siklus Haid yang Baik, Awal Reproduksi Sehat
HealthAnjanesia.com – Sistem dalam tubuh perempuan dapat mengatur otak mengeluarkan hormon yang memberikan sinyal kepada indung telur untuk memproduksi 1 buah sel telur matang setiap bulan. Jika sistem ini terganggu, maka dapat menyebabkan gangguan pematangan sel telur sehingga haid menjadi tidak teratur, bahkan tidak mengalami haid sama sekali.
Menurut World Health Organization (WHO), seorang perempuan dinyatakan sehat jika organ serta fungsi reproduksinya sehat. Hal ini berarti kondisi indung telur, saluran telur, rahim dan vagina harus sehat secara fisik dan berfungsi dengan baik untuk menghasilkan sel telur, berhubungan seksual, serta memfasilitasi terjadinya pembuahan dan menempelnya embrio dalam rahim.
Sejak masa pubertas, setiap perempuan akan mengalami siklus haid sebanyak 300-400 kali sepanjang hidupnya sampai memasuki masa menopause.
Menurut Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp. O. G, Subsp. F. E. R, MPH, Int. Aff. RANZCOG, dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre, siklus haid yang sehat layaknya komunikasi yang harmonis dan sinkron antara otak, indung telur dan rahim.
“(Komunikasi ini) menghasilkan satu buah sel telur matang yang berasal dari sekitar seribu buah sel telur yang dilepaskan oleh setiap perempuan dari indung telurnya setiap bulan,” kata pria yang akrab disapa Prof. Iko itu.
Siklus Haid yang sehat memiliki ciri-ciri berikut:
1. Interval 28-38 hari
2. Lama haid 3-7 hari
3. Ganti pembalut 2-3 kali per hari
4. Warna darah merah cerah
5. Nyeri haid normal atau tetap bisa beraktivitas
6. Perempuan mulai haid usia 12 (bisa sangat awal di 8 tahun atau agak lambat di usia 16 tahun)
7. Haid setop di usia sekitar 51 tahun atau menopause
Karena siklus haid berkaitan erat dengan reproduksi yang sehat pula, sangat penting untuk mencatat siklus haid. Saat siklus haid ditemukan tidak normal, perempuan patut curiga akan kemungkinan gangguan kesehatan reproduksi.
‘Komunikasi’ yang kurang harmonis antara otak, indung telur dan rahim mengakibatkan, salah satunya, gangguan pematangan sel telur misal, keluhan tidak haid selama 3 bulan, interval siklus haid 40 hari, atau haid datang dua kali dalam sebulan.
“Kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan sinyal pada sistem saraf, masalah indung telur, jumlah sel telur yang sedikit, atau tingginya hormon prolaktin, yakni hormon yang terkait dengan produksi air susu,” kata Iko.
Selain dapat menyebabkan seorang perempuan mengalami kesulitan dalam memperoleh keturunan, gangguan pematangan sel telur juga dapat mengakibatkan penebalan dinding rahim sehingga risiko pendarahan dalam jumlah banyak. Hal ini juga salah satu bibit keganasan badan rahim.
Dengan pencatatan siklus haid, perempuan bisa dengan cepat mendeteksi siklus haid yang tidak sehat dan dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan.
Penurunan Jumlah Sel Telur
Prof. Iko mengatakan, setiap keluhan siklus haid yang tidak teratur harus dicari penyebabnya agar dapat segera ditangani dengan tepat.
Dikatakannya, jumlah sel telur yang sedikit juga merupakan penyebab ganguan siklus haid yang harus dikenali secara cepat, mengingat kondisi ini biasanya lebih sulit diatasi, terutama pada perempuan yang belum memiliki keturunan.
“Banyaknya sel telur dalam indung telur setiap perempuan dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan, maupun faktor lingkungan,” tuturnya.
Menurut Prof. Iko, ada beberapa faktor yang dapat menurunkan jumlah sel telur. Seperti adanya Kista cokelat atau endometriosis, tindakan pembedahan pada indung telur (jika terdapat kista), tindakan kemoterapi atau radiasi pada perempuan muda penderita keganasan juga dapat mengurangi jumlah seltelur sehingga memicu kejadian menopause dini.
Karena itu, Pencatatan siklus haid yang baik dapat bermanfaat terhadap terciptanya reproduksi sehat. Tentunya sistem reproduksi yang sehat juga akan menjaga seorang perempuan terhindar dari gangguan kesehatan organ reproduksi sekaligus menyiapkan keturunan dan generasi selanjutnya yang sehat dan cerdas. (Anj)