Menggandeng 1.500 kader PKK dan komunitas perempuandi Tangerang, Dinas Kesehatan setempat, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM – FFI menggelar edukasi pentingnya sarapan gizi seimbang dan gaya hidup aktif untuk bangun daya tahan alami keluarga, Minggu (26/2). (Dok. Ist)
Anjanesia.com – Permasalahan gizi masih menjadi isu kesehatan yang menjadi prioritas dan harus diselesaikan bersama, mengingat dampaknya yang berpengaruh pada kualitas generasi bangsa.
Dan Masalah gizi merupakan gerbang dari berbagai isu kesehatan lainnya. Karenanya, pemenuhan gizi seimbang menjadi hal yang mutlak dibutuhkan. Menjadi momen terpenting dalam memulai hari, pemenuhan gizi seimbang saat sarapan menjadi pondasi untuk mendukung gaya hidup aktif dan menjalankan berbagai kegiatan harian.
Nutrisi dibutuhkan oleh tubuh, dalam bentuk nutrisi makro dan mikro, yang kita peroleh dari makanan. Zat gizi ini antara lain dibutuhkan untuk membentuk sel-sel baru menggantikan sel lama. “Sumber nutrisi ini berasal dari makanan yang kita konsumsi. Selain nutrisi makro, yaitu karbohidrat, lemak dan protein, kita juga butuh vitamin dan mineral sebagai sumber gizi mikro,” ujar influencer media sosial sekaligus praktisi kesehatan dr. Gia Pratama di sela diskusi media mengenai pentingnya edukasi gizi seimbang yang digelar Frisian Flag Indonesia, BPOM bersama 1.500 kader PKK dan komunitas perempuan di Kota Tangerang, Banten, Minggu (26/2/2023).
“Untuk makan, sebaiknya kita mengonsumsi makanan gizi seimbang sesuai pedoman Isi Piringku sebagai acuan. Orang dewasa umumnya terdiri dari 50 persen sayur dan buah, sedangkan 50 persen lainnya karbohidrat dan protein,” ujar dr. Gia
Sedangkan anggota keluarga yang membutuhkan energi lebih, kebutuhan karbohidrat dan protein pada setiap porsinya lebih besar dibanding sayur dan buah. “Apalagi di pagi hari, ketika kebutuhan energi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas harian,” terangnya.
Selain konsumsi makanan gizi seimbang sesuai kaidah Isi Piringku, juga perlu memastikan asupan cairan yang cukup. Dokter Gia mengatakan, untuk 1 kg berat badan membutuhkan air setara 40 cc. “Jadi kalau berat badannya, 60 kg x 40 cc maka butuh 2,4 liter air setiap hari,” tuturnya.
Tak lupa, dr. Gia Pratama mengingatkan selain makanan bergizi seimbang, kita juga harus melakukan aktivitas fisik dengan bergerak. “Data menunjukkan, orang Indonesia paling malas gerak. Kalau di Jepang rata-rata warganya berjalan 7 ribu langkah per hari, di Indonesia hanya 3500 langkah,” ujarnya.
Untuk mencapai hidup sehat, diperlukan aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu. “Bergerak itu menjadi hal yang harus dilakukan. Tidak ada obat yang bisa menggantikan olahraga. Kalau gizi terpenuhi disertai olahraga, maka diharapkan akan jauh dari penyakit,” ujar dr. Gia.
Saat ditanya tentang mengajarkan pola konsumsi makanan sehat sejak dini pada anak-anak, dr. Gia mengatakan harus dimulai dari keluarga, misalnya dengan makan bersama. “Saat makan bersama, anak-anak bisa dikenalkan dengan buah dan sayur. Anak-anak yang terbiasa diberi buah sayur maka saat craving akan menginginkan buah dan sayur juga, Jadi dalam hal ini ada fase yang ‘dipaksakan’ saat makan bersama keluarga yang akan membentuk kebiasaan makan sehat,” tuturnya.
Selain itu, ajarkan pada anak agar makan sadar, yaitu makan saat lapar, bukan emotional eating. “Kalau makan bukan karena lapar itu emotional eating. Jadi saat stres kita makan, padahal tubuh hanya butuh porsi tertentu. Pola emotional eating ini bisa memicu kenaikan berat badan,” tutur dr. Gia yang mengaku pernah mencapai berat badan 110 kg di masa lalu.
Bila hasrat ngemil datang, ujar dr. Gia, usahakan memilih makanan yang lebih sehat sebagai kudapan, misalnya buah. “Ngemil, tapi yang memiliki nutrisi tinggi, bukan yang berkalori tinggi seperti junk food,” ujarnya.
Lebih lanjut dr. Gia mengatakan, makanan yang kita makan akan mempengaruhi komposisi penghuni usus/mikrobioma. Penghuni. “Jika kita suka junk food, maka yang akan berkembang di usus adalah bakteri yang memang suka junk food,” bebernya.
Jeli Baca Label Pangan
Kesempatan sama, Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan dari BPOM, Dina Mariana, mengingatkan pentingnya mencermati label pangan yang tertera pada kemasan saat membeli pangan olahan. “Penting bagi para ibu untuk mencermati label pangan yang tertera pada kemasan, mulai dari informasi kedaluwarsa, komposisi gizi, nama produsen, kehalalan produk, hingga nomor izin edar,” ujarnya.
Tak lupa, sebagai konsumen cerdas, perhatikan juga dengan seksama Informasi Nilai Gizi pada pangan olahan, untuk disesuaikan dengan kebutuhan gizi harian anggota keluarga. “Jadi, jangan lupa untuk Cek KLIK yakni Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa,” pesan Dina.
Tak dimungkiri, permasalahan gizi masih menjadi isu kesehatan yang menjadi prioritas dan harus diselesaikan bersama, mengingat dampaknya yang berpengaruh pada kualitas generasi bangsa.
“Untuk membantu menyelesaikan permasalahan gizi dan kesehatan yang tengah kita hadapi, edukasi dan intervensi terkait gizi seimbang menjadi langkah yang perlu segera diambil. Pembiasaan pola hidup aktif juga penting untuk terus disuarakan guna membangun generasi yang sehat, dimulai dari keluarga,” ujar Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro.
Menyadari urgensi dari kondisi ini, FFI berupaya untuk menyamakan langkah bersama pihak-pihak terkait melalui kegiatan edukasi dengan melibatkan komunitas perempuan, sebagai sosok penggerak penting dalam keluarga.
Komitmen untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pemenuhan gizi seimbang dan pembiasaan gaya hidup aktif di keluarga juga disampaikan oleh Ketua TP PKK Kota Tangerang, Aini Suci Wismansyah. “Sebagai komunitas yang menaungi para ibu sebagai penggerak keluarga, PKK ingin berperan lebih aktif lagi dalam menemani para ibu untuk sigap menyiapkan sarapan sehat guna membangun kesadaran pentingnya sarapan bergizi seimbang dan penerapan gaya hidup aktif,” ujarnya. (Anj)