Waspadai Gejala Demam Berdarah Dengue Yang Bisa Mengancam Nyawa

Health

Anjanesia.com – Penyakit demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai di Indonesia. Tidak pandang bulu, penyakit ini dapat mengintai semua kalangan, tua muda dan dari berbagai strata sosial ekonomi. Meski ditemukan 50 tahun silam di Indonesia, demam berdarah masih menjadi penyakit yang menebar teror, mengancam nyawa jika terlambat ditangani.

Laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebut pada 2022 jumlah kumulatif kasus demam berdarah mencapai 142.294 kasus dengan angka kematian sebanyak 1.117. Angka tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun sebelumnya (2021) sebanyak 73.518 dengan 705 kematian.

Guna mencegah tertular penyakit demam berdarah, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) menyarankan pemberian vaksin demam berdarah bagi anak-anak dan dewasa. “Tujuannya untuk mengurangi risiko terkena demam berdarah, mengurangi risiko rawat inap, serta kemungkinan demam berdarah berat,” ujar Guru Besar FKUI dalam temu media yang digelar Takeda di Jakarta, Minggu (5/2/2023).

Bukan hanya anak-anak, orang dewasa juga berpeluang terkena demam berdarah dengan gejala serupa. Gejala demam berdarah bisa berupa sakit kepala disertai demam, mual muntah, nyeri perut, nyeri belakang mata, nyeri pada otot dan sendi. 

“Pada kasus demam berdarah yang berat dapat mengakibatkan komplikasi yang fatal akibat kebocoran plasma, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan berat dan gangguan organ yang dapat mengancam jiwa. Karenanya, jangan terlambat memberikan pertolongan dengan membawanya ke rumah sakit,” saran Prof. Hartono.

Demam berdarah membutuhkan penanganan cepat, khususnya pada anak-anak yang kurang bisa mengungkapkan gejala yang dialaminya. Dalam hal ini, orang tua perlu waspada jika anak menunjukkan panas naik turun tanpa disertai gejala batuk pilek. “Kadang panasnya tidak tinggi, atau pengukuran termometernya keliru. Namun jika anak menunjukkan gejala tidak aktif tanpa sebab yang jelas, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan,” ujar Prof. Hartono.

Dia menemukan kasus anak terkena demam berdarah tidak tertolong karena terlambat ditangani dengan benar. “Anak yang terkena demam berdarah bisa mengalami  dengue shock syndrome, umumnya di hari ke 4-5 sejak hari pertama sakit. Ini bisa mengancam nyawa,” tuturnya. 

Dengue shock syndrome (DSS) merupakan suatu infeksi dengue yang ditandai dengan gangguan sirkulasi. Sejumlah literatur medis menunjukkan, proses terjadinya dengue shock syndrome. Demam pada demam berdarah dengue (DBD) umumnya terjadi selama 2 sampai 7 hari dan menurun setelahnya.  Yang perlu diwaspadai, komplikasi biasanya terjadi pada fase ini.

“Jika demam pada demam berdarah turun, itu adalah fase kritis terjadinya dengue shock syndrome. Bila tidak segera ditangani, maka komplikasi ini akan mengakibatkan syok yang berisiko kematian,” terang Prof. Hartono.

DBD ditandai dengan demam tinggi hari 1-3, demam mendadak tinggi dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan terasa ngilu dan nyeri kadang disertai bercak merah pada kulit. “Fase kritis hari ke  4 -5, fase demam turun drastis, seolah terjadi kesembuhan. Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya dengue shock syndrome,” tutur Prof. Hartono.

Dia menambahkan temuan utama yang menunjukkan demam berdarah dengue menuju dengue shock syndrome ditandai dengan meningkatnya hematokrit, serta penurunan trombosit. Kondisi ini akan memicu kebocoran plasma yang memicu syok yang berujung pada dengue shock syndrome, yang ditandai antara lain penurunan tekanan darah, napas tidak teratur, mulut kering, denyut nadi lemah, jumlah urin menurun,serta kulit basah dan terasa dingin.

Hartono mengungkapkan, tingkat keparahan anak saat terkena demam berdarah dengue (DBD) berbeda-beda, tergantung daya tahan tubuh si anak. Pada anak-anak dengan obesitas, apabila terkena DBD bisa mengalami gejala yang lebih berat.

“Tingkat keparahannya ini tergantung daya tahan tubuhnya. Kalau dia obesitas, anak yang gemuk, cepat sekali dari gejala ringan ke berat. Di sini sistem imunologi yang berperan,” kata Hartono. 

Pentingnya Vaksinasi Demam Berdarah dan 3M Plus

Hartono menekankan perlunya melakukan vaksinasi dengue untuk mengurangi risiko demam berdarah, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Badan kesehatan Dunia (WHO) juga mendukung adanya vaksin dengue yang efektif, aman dan terjangkau sebagai salah satu upaya yang penting untuk penanggulangan dengue.

Pemberian vaksinasi demam berdarah menjadi bagian yang dibutuhkan untuk pencegahan demam berdarah yang komprehensif. Prof Hartono mengatakan, saat ini jumlah anak-anak yang terkena bahkan meninggal dunia akibat demam berdarah masih tinggi. Pada tahun 2022, angka kesakitan akibat demam berdarah berada pada urutan kedua tertinggi, menyerang anak-anak dengan usia lima hingga 14 tahun dengan kematian mencapai puncak di rentang usia tersebut.

Itulah mengapa vaksinasi demam berdarah dibutuhkan, Dalam hal ini vaksinasi membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang berfungsi untuk melawan virus penyebab demam berdarah. “Pemberian vaksinasi pada anak merupakan salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di Indonesia. Sehingga, dengan adanya vaksin demam berdarah ini diharapkan mampu mengurangi risiko seorang anak sakit demam berdarah dan mengurangi risiko rawat inap serta demam berdarah berat,” kata Hartono. 

Selain mendapatkan vaksin demam berdarah, upaya lain untuk meminimalkan tertular demam berdarah adalah dengan melakukan 3M plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas, plus hindari gigitan nyamuk, tidur menggunakan kelambu, dan nyalakan obat anti-nyamuk.

Bagi mereka yang tidak layak mendapatkan vaksinasi demam berdarah, misalnya lansia di atas usia 45 tahun dan orang yang memiliki masalah kekebalan yang melemah, disarankan untuk menerapkan 3M Plus. “Saat ini 3M Plus merupakan metode yang efektif untuk mengendalikan penularan demam berdarah,” tandas Prof Hartono.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru-baru ini juga telah mengeluarkan izin edar untuk vaksin dengue untuk usia 6 sampai 45 tahun yang terdaftar atas nama PT. Takeda Indonesia. Vaksin ini rencananya akan segera tersedia di Indonesia.

“Untuk vaksin dengue, akan hadir dalam beberapa bulan ke depan,” ungkap Dr. Choo Beng Goh, Head of Medical Affairs APAC Takeda, di kesempatan yang sama. 

Choo Beng Goh, menyampaikan pihaknya memiliki komitmen yang kuat dalam melawan demam berdarah melalui pendekatan yang menyeluruh yang melengkapi upaya pemerintah untuk mencapai tujuan Nol Kematian Akibat Demam Berdarah pada Tahun 2030.

“Kami berdedikasi untuk menciptakan akses terhadap vaksin kami bagi masyarakat luas dengan bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan juga institusi terkait; membantu membangun kemitraan publik-privat untuk menyatukan upaya bersama dan mendukung program imunisasi nasional ke depannya,” ujar Choo Beng Goh, seraya menambahkan Takeda mendorong edukasi pada tenaga kesehatan garda terdepan dalam hal pencegahan, deteksi, dan penanganan demam berdarah.

Sebagai produsen vaksin demam berdarah, Takeda juga berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan, dengan meningkatkan kesadaran terhadap demam berdarah kepada keluarga Indonesia dan masyarakat luas melalui website http://www.cegahdbd.com, sosial media @cegahdbd.id di Instagram dan Cegah Demam Berdarah (Facebook), dan kampanye #JentikJari. (Anj) (foto: net)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *