Anjanesia.com – Kesehatan mental masih menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat luas, baik di tingkat global maupun nasional. Di Indonesia sendiri, kesehatan mental memiliki prevalensi yang signifikan, namun, tingkat perhatian masyarakat terhadap isu kesehatan mental yang sering kali dianggap tabu ini masih terbilang minim.
TikTok Indonesia menghadirkan Pusat Kesehatan Digital (Digital Wellness Hub) sebagai wadah untuk memberikan informasi dan bantuan dari sumber daya profesional untuk komunitas agar lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Adapun Pusat Kesehatan Digital dibentuk berdasarkan survei yang dilakukan TikTok bersama lembaga riset dan analisa data, YouGov, dengan laporan bertajuk Global Consumer Attitude on Mental Well Being.
Dari hasil temuan survei tersebut didapati fakta bahwa saat ini 77 persen komunitas TikTok di Indonesia telah nyaman membicarakan topik kesehatan mental dengan dominasi pembicaraan dilakukan kepada keluarga, tenaga profesional seperti psikolog serta psikiater, dan terakhir kepada sahabat ataupun teman terdekat.
Walaupun demikian, dua dari empat responden masih khawatir akan potensi dampak negatif dari berbicara mengenai kondisi kesehatan mental mereka, baik dampak negatif seperti penolakan atau penghakiman dari keluarga dan teman dekat, maupun konsekuensi di tempat kerja.
Lebih lanjut, satu dari empat responden (28%) di Indonesia merasa terbantu apabila mereka dapat mengakses sumber daya dan sarana seputar kesehatan mental yang bersifat bebas biaya di platform media sosial yang mereka gunakan. 26% responden pun merasa lebih terinspirasi dan nyaman untuk berbicara mengenai masalah kesehatan mental jika ada pengguna lain yang juga berbagi pengalaman serupa di media sosial.
Faris Mufid, Public Policy and Government Relations TikTok Indonesia, menuturkan dari hasil temuan tersebut, TikTok meluncurkan Pusat Kesehatan Digital untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman dan ramah bagi komunitas dan masyarakat Indonesia.
“Melalui Pusat Kesehatan Digital, TikTok ingin menyediakan para pengguna dengan wadah, sarana, dan sumber daya untuk mendukung terciptanya diskusi yang sehat mengenai kesehatan mental. Kami harap TikTok dapat terus menjadi tempat yang aman dan nyaman di mana diskusi penting tentang kesehatan mental dapat berkembang, menghibur, dan menginspirasi pengguna satu sama lain,” ujar Faris di Jakarta, Rabu (12/10).
Faris menjelaskan, di dalam Pusat Kesehatan Digital, pengguna dapat mengakses layanan bantuan, menikmati berbagai video interaktif seputar kesehatan mental hasil kolaborasi TikTok bersama para mitra, kreator, dan pakar kesehatan mental, sekaligus tips atau inspirasi seputar topik kesehatan mental melalui konten livestream dari sejumlah kreator, seperti Ananza Prili, Analisa Widyaningrum, Fardi Yandi, dan kreator lainnya.
Masih dalam momen peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia, TikTok Indonesia pun melengkapi kehadiran Pusat Kesehatan Digital dengan berbagai aktivitas menarik lainnya. Seperti kampanye #SeeingTheUnseen yang akan berlangsung pada 16 Oktober 2022 di Mahabarata Hall, Desa Wisata TMII menampilkan karya visual tentang gelombang pikiran penyintas gangguan kesehatan mental yang diubah menjadi motif batik yang indah.
“Selain itu, TikTok juga akan terus mengambil pendekatan dua arah untuk menjaga komunitas dari konten yang berbahaya dengan menghapus konten yang melanggar Panduan Komunitas serta memberdayakan pengguna dengan tools yang dapat digunakan untuk melaporkan dan memblokir konten-konten yang tidak sesuai,” tutur Faris.
Sarana Tingkatkan Kesadaran Masyarakat
Di kesempatan yang sama Ahli Madya Epidemiologi Kesehatan Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI dr. Edduwar Idul Riyadi, Sp.KJ menyebut penanganan kesehatan mental menjadi salah satu prioritas Kementerian Kesehatan RI, dan menjadi bagian dari enam pilar transformasi kesehatan Indonesia.
“Kami mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh TikTok untuk meningkatkan pemahaman masyarakat serta mendukung terciptanya diskusi yang lebih sehat seputar isu kesehatan mental. Survei yang dilakukan oleh TikTok dan mitranya tidak hanya memberikan informasi dan pandangan baru terkait isu kesehatan mental di Indonesia, tapi juga dapat membantu menentukan penanganan yang sesuai,” kata Edduwar.
Saskhya Aulia Prima , M.Psi, Psikolog, Psikolog & Co-Founder TigaGenerasi di acara yang sama menuturkan bahwa kesehatan mental merupakan topik yang luas, dan belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat.
Minimnya kesadaran tentang kesehatan mental ini kata Saskhya yang memunculkan stigma-stigma tertentu, dan membuat orang yang mengalami tantangan dalam kesehatan mentalnya menjadi tertutup atau bersikap seolah baik-baik saja.
“Jika ini terus terjadi, akibatnya penanganan terhadap masalah kesehatan mental menjadi terhambat dan bisa mempengaruhi aspek hidup lainnya, misalnya produktivitas karir, rumah tangga, dan lainnya. Pusat Kesehatan Digital TikTok ini dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan isu kesehatan mental,” ujar Saskhya.
Sementara itu, Kreator TikTok (@panggilkubambang) Sania Leonardo menuturkan bahwa orang yang mengalami gangguan kesehatan mental masih mendapatkan stigma negatif.
“Sebagai penyintas gangguan bipolar disorder, saya melihat sendiri bagaimana orang dengan gangguan kesehatan mental masih merasakan berbagai stigma, seperti dikucilkan, dipandang rendah, diremehkan dan semacamnya,” kata Sania.
Karenanya ia mengapresiasi hadirnya Pusat Kesehatan Digital TikTok untuk berbagi cerita pengalamannya sebagai penyintas gangguan bipolar disorder. Menurutnya platform baru TikTok tersebut dapat menigkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan mental.
Sania mengatakan, “Melalui platform digital, termasuk TikTok, saya bisa menceritakan pengalaman saya, memberikan edukasi, agar orang-orang yang menghadapi masalah kesehatan mental tidak merasa sendiri, ataupun tidak terlihat. Oleh karena itu, semoga dengan hadirnya Pusat Kesehatan Digital ini, kesadaran masyarakat akan kesehatan mental dapat meningkat dan stigma kepada pejuang kesehatan mental seperti saya juga dapat berubah.” (Anj) (Images: SS)