Tampilan Eksplorasi Tenun Lurik Menutup JF3 2023

Fashion

Anjanesia.com – Setelah hampir dua minggu terselenggara, JF3 Fashion Festival 2023 berakhir pada Rabu (26/7) kemarin. Peragaan busana persembahan Lakon Indonesia yang diisi dengan aksi teatrikal dari para model menjadi pamungkas.

Dalam pergaan busana itu Lakon menampilkan lebih dari 100 koleksi yang menggabungkan fesyen urban dengan wastra Indonesia. Dengan mengusung tajuk ‘RIK 062324 L’, Lakon Indonesia yang turut digawangi oleh desainer Irsan mengangkat kain lurik setelah tahun lalu bereksplorasi dengan batik.

“Berbeda dari koleksi sebelumnya yang mengangkat batik. Kali ini kita diajak untuk merenungkan makna dalam garis lurik. Lurik tak kalah menarik, banyak filosofi di baliknya. Lurik sendiri artinya garis, yang dimaknai juga sebagai seperti pagar yang melindungi. Diharapakan, orang yang pakai lurik mendapatkan perlindungan,” ungkap Thresia Mareta, Founder Lakon Indonesia.

Wsi ini dibuat secara khusus sehingga membentuk susunan garis-garis dengan kombinasi warna putih, merah, dan biru. Sepintas, menyerupai bendera Prancis. Bahkan Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, meluangkan waktu untuk menghadiri peragaan yang berlangsung di Empower Hall Mall (lokasi yang aslinya berfungsi sebagai area parkir mal) tersebut. Ia didampingi Chairman JF3 Soegianto Nagaria, salah satu petinggi Summarecon.

Koleksi yang naik pentas merupakan perpanjangan dari beberapa busana yang sempat dibawa ke Paris beberapa bulan lalu untuk presentasi kepada para buyers. Tidak tanggung-tanggung, 100 set busana yang disuguhkan tadi malam.

Jumlah tersebut cukup untuk memperlihatkan rentang ragam lurik yang dikreasikan hanya dari kain bergaris sederhana. Cara Irsan dan tim desain mengeksekusi idenya dengan menonjolkan permainan siluet dan padu-padan material menawarkan daya tarik tersendiri. Dengan sentuhan modern dan gaya nan elegan, setiap potongan mode merefleksikan pesan mendalam tentang nilai budaya Indonesia yang harus dijaga dengan penuh kebanggaan.

Terusan bersiluet A longgar, setelan bercelana pendek untuk wanita, hingga oversized jacket pria mendominasi koleksi ini. Namun, tidak semata lurik yang ditampilkan. Dalam presentasinya, wastra itu dipadukan dengan kain tradisional lain, termasuk batik, dan ragam material, termasuk denim, sehingga memberi kesan kekinian. Tidak ketinggalan aksesori seperti bucket hat rajut dan sepatu oxford berlapis kayu seperti bakiak yang unik.

Yang menarik, model memeragakan busana koleksi  tersebut, pada sekuen kedua, unjuk kebolehan berakting sembari berlenggang di catwalk. Muncul dengan riasan dan tata rambut macam punk yang rebellious, mereka ada yang menangis, tertawa terpingkal-pingkal, bahkan sampai bersujud di lantai. 

Penampilan mereka semacam simbol dari antikemapaman. Kain tradisional dengan segala filosofinya bisa menjadi pernyataan saat suara tak dapat lagi di dengar. Di sisi lain, sesuai namanya, ‘lakon’ mereka membuat karakter busana lebih hidup dan bermakna dari sekadar garis-garis kaku. (Anj)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *