Anjanesia.com – Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret menjadi momentum untuk merayakan dan mengapresiasi perempuan. Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) Aryana Satrya menyebut perayaan ini juga diperingati untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.
“Serta menandai ajakan untuk bertindak mempercepat adanya kesetaraan perempuan. Ini adalah merayakan kesetaraan yang berkeadilan,” jelas Aryana dalam acara “Women’s Leadership in Public Health” oleh Takeda dan PKJS UI di kawasan Kuningan, Jakarta beberapa waktu lalu.
Aryana melanjutkan peran perempuan salah satunya di bidang kesehatan, menurut statistik sekitar 70 persen tenaga medis di dunia didominasi oleh perempuan. Dominasi serupa juga tak jauh berbeda dengan di Indonesia.
“Menurut data Kementerian Kesehatan 2019, sekitar 70 persen dari dari sekitar 1,2 juta tenaga medis di Indonesia adalah perempuan, perempuan banyak menempati posisi dokter umum, ahli gizi, dokter spesialis anak, perawat, bidan, dan bantuan tenaga medis lainnya,” katanya.
Meski begitu, proporsi tenaga kesehatan perempuan yang mampu menempuh jenjang dokter spesialis ternyata lebih sedikit dibandingkan laki-laki, sekitar 12 ribu banding 17 ribu. “Peran perempuan di akar rumput sangat penting dalam mendorong kesehatan keluarga,” terang Aryana.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menjelaskan Kementerian Kesehatan berupaya dalam menjalankan transformasi kesehatan. Ada enam pilar transformasi penopang sistem kesehatan Indonesia.
“Transformasi layanan primer, tranformasi layanan rujukan, tranformasi sistem ketahanan kesehatan, dan nomor 4, 5, 6 adalah tentunya yang mendukung ketiga sistem di atasnya, yakni transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan,” ungkap Nadia.
Dikatakan Nadia, hal yang harus dilakukan perempuan sejalan dengan transformasi layanan primer. Hal tersebut dikarenakan paling banyak urusan perempuan di transformasi nomor pertama itu.
“Perempuan itu peranannya sangat penting. Makanya kenapa kita melakukan transformasi layanan primer adalah kita akan mengupayakan promosi kesehatan, pencegahan, deteksi dini, dan layanan kesehatan untuk semua siklus kehidupan,” ungkapnya.
Nadia menjelaskan, ada tiga program utama penguatan upaya preventif di layanan primer:
1. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin dari 11 menjadi 14 jenis vaksin, yakni BCG, DPT-Hib, Hep B, MMR/MR, Polio (OPV-IPV), TT/DT/td, JE, HPV, PCV, Rotavirus.
Kanker serviks adalah kanker yang bisa dicegah dengan imunisasi Human Papillomavirus (HPV). Pneumonia dan diare adalah 2 dari 5 penyebab tertinggi kematian balita di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi (PCV dan Rotavirus).
2. 14 Screening Penyakit Prioritas
Screening penyakit penyebab kematian tertinggi di setiap sasaran usia, yakni hipotiroid kongenital, thalasemia, anemia, stroke, serangan jantung, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik, tuberkulosisi, kanker paru, hepatitis, diabetes, kanker payudara, kanker serviks, dan kanker usus.
3. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
Mengenai peningkatan kesehatan ibu dan anak, perlu adanya pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu dengan alat antropometri terstandar, pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4 kali menjadi 6 kali, termasuk 2 kali USG dengan dokter pada trimester 1 dan 3. Screening kanker payudara dengan USG, serta screening penyakit jantung bawaan di puskesmas dengan pulse oxymetry neonatus.
Nadia menyebut, merujuk data statistik, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Bicara usia produktif, perempuan berperan sebagai tulang punggung keluarga, aset negara, penggerak ekonomi bangsa, paling penting melahirkan atau pencetak generasi penerus bangsa.
Jadi betapa pentingnya peran perempuan terutama Bunda dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Topik ini dipilih sebagai pembahasan utama sebab kualitas kesehatan masyarakat Indonesia masih sangatlah rendah.
Hal tersebut sesuai dengan data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menetapkan beberapa indikator kesehatan. Di antaranya adalah gizi buruk yang menyebabkan stunting, tingkat kematian ibu dan kematian bayi.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (2021), pravelensi stunting balita di Indonesia menca[ai angka 24,4%. Data ini masih jauh lebih tinggi dari batas toleransi WHO yang menetapkan hanya sebesar 20% untuk masalah stunting.
Cegah Kenaikan Angka Kematian Ibu dan Anak
Angka kematian ibu dan anak menjadi perhatian paling utama dan penting untuk disikapi lebih dulu. Tak hanya demi kesejahteraan keluarga, hal ini juga berlaku untuk mengupayakan peningkatan indikator kesehatan negara.
Maka dari itu, ada beberapa cara pencegahan yang tersedia untuk melindungi kesehatan ibu dan anak. Salah satu di antaranya adalah dengan melakukan imunisasi dan vaksinasi penyakit menular. Hal tersebut telah terbukti dapat menghindari ragam penyakit serius bahkan kematian.
Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Penyakit Infeksi Tropis, dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.Sc. percaya bahwa Bunda punya peran sangat penting dalam memastikan kesehatan si kecil.
“Ibu perlu memiliki pengetahuan tentang sarana yang tersedia seperti imunisasi dan vaksinasi, Ibu perlu mengetahui apa saja yang dibutuhkan anaknya agar dapat menerima imunisasi yang dianjurkan,” paparnya.
Lebih lanjut, Dokter Rahma juga mengatakan bahwa vaksinasi juga membantu membentuk kekebalan tubuh pada anak untuk mencegah infeksi yg berat, membuat cacat dan mengancam nyawa.
Jika si kecil telah tertangani sejak dini, maka hal tersebut dapat mendorong peningkatan kesehatan masyarakat. Inilah mengapa peran perempuan begitu signifikan diperlukan.
Hal ini senada dengan pemaparan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Dokter Nadia begitu mengapresiasi upaya PKJS UI bersama Takeda dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran perempuan dalam kesehatan masyarakat Indonesia.
“Kita berkomitmen bersama untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia melalui RPJMN untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 183 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2024,” ujarnya.
Ia juga meminta masyarakat agar menyadari peran perempuan yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Terutama dalam mengatasi gizi buruk yang menyebabkan stunting, menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan angka kematian bayi.
“Oleh karena itu, kami siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mencapai tujuan tersebut. Mari kita jadikan ini upaya kita bersama sebagai suatu GERAKAN BERSAMA”, tambah dr. Nadia.
Peran Perempuan dalam Tingkatkan Kesehatan Masyarakat
President Global Portfolio Division Takeda, Ramona Sequeira mengakui betapa pentingnya peran perempuan dalam mendorong percepatan peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia.
“Di Takeda kami memahami bahwa kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terikat erat dengan akses mereka terhadap nutrisi dan masyarakat sekitar di mana mereka tinggal dan bekerja” katanya.
Sebagai perusahaan biofarmasi, Ramona sebagai bagian dari Takeda merasa penting untuk bekerja sama dengan mitra lokal.
Hal ini dilakukan demi mempelajari kebutuhan masyarakat dan mengembangkan solusi terbaik untuk kesehatan dan kesejahteraan sosial.
Dalam merealisasikan hal tersebut, Takeda pada tahun 2022 meluncurkan empat program Corporate Social Responsibility (CSR), di mana tiga di antaranya berlaku di Indonesia.
Program ini ditujukan khusus untuk memantau dan memaksimalkan kesehatan perempuan dan anak, sebab peran mereka sangat penting dalam tonggak kesehatan masyarakat.
Program tersebut adalah:
- Program lima tahun untuk memastikan perkembangan kognitif anak dengan menghentikan keracunan timbal
- Program empat tahun untuk memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan dan anak perempuan. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan akses terhadap perawatan berkelanjutan yang berfokus pada perempuan
- Program empat tahun yang bertujuan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan yang disebut “Perempuan di Pusat”.
Peningkatan kesadaran terhadap peran perempuan ini juga disampaikan oleh Ketua PKJS-UI, Ir. Aryana Satrya, M.M, Ph.D.
Ia mengimbau bahwa perempuan perlu memaksimalkan peran pentingnya dalam mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat.
“Perhatian utama kami adalah memastikan bahwa perempuan dapat terinformasi dengan baik dan memastikan bahwa mereka dapat mengambil peran tersebut secara optimal,” ujarnya. (Anj)