JEC Macula Center Tangani Penyakit Makula

Health

(Foto cover) (ki-ka) Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Ketua Indonesian Vitreoretinal Society (INAVRS); DR. Dr. Elvioza, SpM(K), Ketua Retina Service JEC; dan Dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik RS Mata JEC @ Menteng saat peluncuran JEC Macula Center, di Jakarta (5/11).

Anjanesia.com – Penyakit Makula mungkin tak setenar katarak yang mencatatkan penderita hingga 94 juta orang. Tapi, melalui data terlihat bahwa selama tiga tahun terakhir terlihat adanya peningkatan penderita penyakit Makula.

Makula, bagian organ mata di belakang retina, berperan dalam penglihatan sentral, penglihatan warna, serta penglihatan detail. Penyakit makula (gangguan yang melibatkan area makula) berpotensi menimbulkan penurunan tajam penglihatan, dan menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek secara detail, termasuk ketidakmampuan mengenali wajah seseorang atau tulisan.

Bahkan, kerusakan pada makula bisa menyebabkan terjadinya kebutaan. Kurangnya informasi serta sumber daya pemeriksaan yang tidak mencukupi membuat penyakit yang melibatkan makula sebagai ancaman terhadap penglihatan masyarakat. 

Degenerasi makula (age-related macular degeneration/AMD), contohnya, menjadi salah satu penyebab utama gangguan penglihatan secara global. Jumlah penderitanya mencapai 8 juta orang sedunia, terbesar ketiga setelah katarak (94 juta) dan kelainan refraksi yang tak tertangani (88,4 juta). Walaupun belum ada data pendukung secara nasional, kejadian gangguan pada makula di tengah masyarakat perlu menjadi kekhawatiran bersama. 

“Banyak sekali kasus kelainan pada makula yang kurang terdiagnosis. Minimnya fasilitas dan pemeriksaan penunjang menjadi kendala mendasar. Sebab, untuk mendiagnosis kelainan pada makula tidak hanya membutuhkan pemeriksaan klinis, tetapi juga pemeriksaan berbasis teknologi canggih. Dengan mengetahui adanya potensi kelainan pada makula sedini mungkin, maka risiko terjadinya penurunan tajam penglihatan, yang bisa memburuk menjadi kebutaan permanen, dapat dihindari,” kata dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @Menteng, belum lama ini.

Menurut Soefiandi, walaupun tidak langsung menyebabkan kebutaan total, penyakit makula bisa mengakibatkan penderitanya kesulitan menjalani aktivitas keseharian. Seperti membaca, bahkan mengenali wajah orang lain. 

“Tanpa diagnosis, penanganan dan perawatan dan tindakan yang tepat, kondisi penglihatan berpeluang memburuk,” tuturnya.

Pemeriksaan Dini Cegah Kebutaan

Sementara itu Dokter Subspesialis Vitreo-retina JEC Eye Hospitals & Clinics, dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K), mengatakan bahwa penuaan adalah bagian yang tak terhindarkan dari siklus kehidupan. Mau tidak mau proses penuaan akan memengaruhi fungsionalitas tubuh, termasuk mata, sehingga mengakibatkan penyakit makula. 

“Namun, di samping penuaan, beberapa faktor risiko juga turut memperbesar peluang seseorang menderita gangguan pada makula, yaitu menyandang minus tinggi, kebiasaan merokok, menderita hipertensi, stres fisik/psikis secara terus menerus, menggunakan obat-obat tertentu (seperti steroid, chloroquin, dll), mengalami cedera mata, menyandang penyakit infeksi (seperti TB dan toksoplasma), terkena paparan sinar matahari berlebih,” jelasnya. 

ki-ka: dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K), Dokter Subspesialis Vitreo-retina JEC Eye Hospitals & Clinics; dan dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur MedikJEC @ Menteng usai sesi Media Launch JEC Macula Center di Jakarta (5/11) (dok: Anjanesia.com)

Ditegaskan Ferdiriva, bahwa sebagian besar faktor risiko tersebut dapat dicegah atau dikontrol. Artinya ‘pemeriksaan rutin’ menjadi kunci untuk menghindari risiko berbagai penyakit mata, termasuk kelainan makula. 

“Apabila kondisi penyakit makula terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memburuk dan menyebabkan kebutaan permanen,” ujar Ferdiriva. 

Pusat Diagnostik Komprehensif

Di JEC sendiri, kata Soefandi, selama tiga tahun terakhir (2019-2021), jumlah pasien yang terdiagnosis berbagai penyakit makula terus mengalami peningkatan. Selama 2020, jumlah pasien dengan penyakit makula bertambah 12,6 persen dibandingkan 2019. Sementara pada 2021 meningkat 102,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Khusus selama 2022, hingga Mei lalu, jumlah pasien yang terdiagnosis penyakit makula sudah mencapai lebih dari 10.000 orang.

“Dari 14 jenis penyakit makula, AMD menjadi penyakit makula dengan jumlah pasien terbanyak di JEC, yaitu 28 persen dari total pasien sepanjang Januari-Mei 2022,” tutur Soefandiz

Memahami situasi tersebut, JEC Eye Hospital & Clinics, meluncurkan layanan terbaru, JEC Macula Center, sebuah sentra penanganan khusus makula pertama di Indonesia dan satu-satunya dimiliki oleh sebuah institusi rumah sakit mata di Tanah Air. 

Hadir perdana di RS Mata JEC Menteng, JEC Macula Center menawarkan keahlian diagnostik serta penanganan makula secara mumpuni dan komprehensif. Dari sisi sumber daya manusia, JEC Macula Center diperkuat 10 dokter spesialis retina, 4 di antaranya telah bergelar doktor. 

“Karena dalam mengonfirmasi sebuah diagnosis penyakit makula, perlu alat diagnostik khusus. Hadirnya JEC Macula Center merupakan langkah solutif dari JEC guna menyediakan hasil diagnosis yang lebih akurat sehingga dokter ahli mata bisa memutuskan penanganan dan tindakan yang tepat sesuai penyakit makula pasien,” kata Soefandi.

Perlu diketahui, selain  AMD, ada beberapa penyakit makula lainnya, seperti sumbatan pembuluh darah retina, bengkak makula pada penderita diabetes, ablasio retina, peradangan mata, lubang di makula.

Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru JEC ini menghadirkan Comprehensive Diagnostic Center dengan 15 kategori pemeriksaan diagnostik berteknologi mutakhir, 5 di antaranya khusus untuk pemeriksaan bagian belakang bola mata (posterior). 

JEC Macula Center juga dilengkapi operating theater khusus (termasuk patient reception dan waiting room). Ruang operasinya menggunakan peralatan berteknologi terdepan, seperti Carl Zeiss Microscope OPMI Lumera 700 dengan fitur rescan untuk memberikan real time HD OCT pada saat operasi makula. 

Selain itu, agar penanganan dan perawatan pasien berlangsung berkelanjutan di bawah pengawasan dokter, JEC Macula Center melengkapi layanannya dengan ruang rawat inap berstandar tinggi, dengan mengedepankan kenyamanan dan keamanan pasien.

Peluncuran JEC Macula Center telah dilangsungkan bersamaan dengan JEC Saturday Seminar ke-16:  Inside the Macular View, yaitu sebuah ajang temu keilmuan para ahli mata yang melibatkan sekitar 500 partisipan (dokter spesialis retina dan dokter umum) dari Indonesia dan beberapa negara lainnya. Seminar juga menghadirkan pembicara dokter ahli dari Italia, Taiwan, dan Singapura. (Anj)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *