Sarapan Sehat Itu Bisa Enak dan Bergizi. Begini Kiatnya

Health, Lifestyle, Shopping List

Anjanesia.com – Sebagian besar masyarakat Indonesia belum menyadari pentingnya sarapan di pagi hari. Sebagian lagi hanya sekedar mengisi perut di pagi hari tanpa mengindahkan kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsinya. Padahal sarapan merupakan hal penting yang perlu dilakukan sebagai sumber energi untuk beraktivitas hingga makan siang tiba. Sarapan juga mencegah kita ‘kalap’ saat makan siang.

Data dari Survei Diet Total (SDT) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 menunjukkan dari 25.000 anak usia 6-12 tahun di 34 provinsi, terdapat 47,7 persen anak belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan. Bahkan, 66,8 persen anak sarapan dengan kualitas gizi rendah atau belum terpenuhi kebutuhan gizi terutama asupan vitamin dan mineral.

Disampaikan dr. Juwalita Surapsari M.Gizi, Sp.GK, kebiasaan sarapan sehat perlu dibangun sejak dini. Selain itu, dalam menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi saat sarapan, penting untuk membiasakan sarapan bernutrisi tapi tetap enak dan menggugah selera makan anak. “Tujuannya, saat tumbuh besar, anak- anak akan terbiasa untuk makan makanan yang sehat,” ujarnya di acara diskusi media menandai peluncuran Puck Keju Oles di Jakarta, baru-baru ini. 

Juwalita menambahkan, saat makan pagi siapkan menu makanan bernutrisi lengkap yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, serta sayur dan buah. Menurutnya, sarapan tidak harus rumit namun tetap bergizi. “Orang tua perlu memperkaya ide untuk membuat sarapan bergizi namun tidak memerlukan waktu lama untuk persiapannya. Bikin yang simpel tapi kaya gizi dan bisa dinikmati oleh anak,” ujarnya.

Sarapan Praktis dan Bergizi

Menu sarapan simpel namun bergizi untuk sarapan misalnya roti isi telur keju yang dibuat dari roti tawar dioles keju, dilengkapi dengan scramble egg serta potongan sayuran seperti tomat ataupun selada. “Jangan lupa, tanamkan pada anak bahwa sarapan sehat itu enak,” saran Juwalita.

Ilustrasi menu sarapan sehat dan bergizi. (Ist)

Juwalita mengingatkan, dalam mempersiapkan menu sarapan perlu diperhatikan juga kandungan garamnya.” Batasan garam atau natrium per hari untuk anak usia 4-8 tahun adalah 1200 mg natrium atau setara dengan 3 gram garam (setara dengan sekitar ½ sendok teh garam),” ujarnya. 

Sedangkan pada orang dewasa adalah 2000 mg natrium atau 5 gram garam (setara dengan 1 sendok teh) per hari. Dengan disiplin mematuhi batasan konsumsi garam, anak akan tetap bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya dan kebiasaan makan sehat tetap dapat terpola sejak dini.

Kesempatan sama, psikolog Intan Erlita menyampaikan anak-anak perlu belajar good eating habit (pola makan yang baik) dari orang tua. “Jadi jika orang tua ingin anaknya terbiasa dengan sarapan bernutrisi, maka mereka harus mencontohkan dan membiasakan sarapan sebagai bagian dari kegiatan harian mereka. Temani anak-anak sarapan, duduk bersama mereka,” ujarnya.

Intan menekankan pentingnya sarapan, khususnya untuk anak. “Saat anak tidak sarapan, mereka cenderung cranky, dan sulit berkonsentrasi sehingga dalam jangka panjang bukan tidak mungkin mempengaruhi prestasi akademisnya,” jelasnya. 

Manfaat sarapan sehat juga dapat membantu tubuh lebih efektif dalam membakar kalori. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tubuh membakar kalori lebih baik di pagi hari dibanding saat malam.

Saat si kecil tidak sarapan, nantinya pada sekitar jam 10 pagi, gula darahnya cenderung akan turun dan kemungkinan mengalami obesitas jadi lebih tinggi. Hal ini juga akan menyebabkan anak jadi lebih sering ngemil sepanjang hari, porsi makan jadi berlebihan, dan Cenderung lapar di malam hari.

Tak lupa, Intan menyarankan kegiatan sarapan itu harus dibuat happy dan enjoy. “Agar anak mau sarapan, orang tua harus memperhatikan makanan seperti apa yang disukai oleh anak. Bisa juga dengan melibatkan anak untuk merencanakan sarapan atau bekal yang diinginkannya agar ia semangat menghabiskannya,” tuturnya seraya menambahkan dengan demikian akan tercipta semacam ‘placebo effect’ dimana otak sudah membayangkan sesuatu yang diinginkan sehingga anak menanti-nantikan momen sarapan atau makan dengan menu favoritnya tersebut.

Guna mempersiapkan menu sarapan perlu diperhatikan juga kandungan garamnya. Batasan garam atau natrium per hari untuk anak usia 4-8 tahun adalah 1200 mg natrium atau setara dengan 3g garam (setara dengan sekitar ½ sendok teh garam). Sedangkan pada orang dewasa adalah 2000 mg natrium atau 5 g garam (setara dengan 1 sendok teh) per hari.  Berasal dari susu, keju memiliki potensi membantu memenuhi kebutuhan protein dan kalsium harian. Dengan disiplin mematuhi batasan konsumsi garam, anak akan tetap bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya dan kebiasaan makan sehat tetap dapat terpola sejak dini.

Bicara tentang pembiasaan pola makan yang baik, Brand Manager Puck, Desi Hendra Diani menyampaikan, selain memperkenalkan Puck kepada masyarakat Indonesia, pihaknya juga turut mempromosikan kebiasaan makan yang baik yang dimulai dengan sarapan bernutrisi dan enak. “Sebagai pendamping sarapan bernutrisi, Puck ingin mendorong keluarga di Indonesia untuk menjadikan sarapan sebagai kegiatan yang tak terpisahkan dalam keseharian mereka. Karena kami percaya makanan sehat seharusnya praktis, mudah didapat, dan bisa dinikmati siapa saja,” tuturnya.

Untuk memperkenalkan Puck ke masyarakat luas, sekaligus mengedukasi pentingnya membiasakan sarapan yang bernutrisi, Puck melakukan kegiatan sarapan Bersama Puck ke sekolah-sekolah sejak November 2022. “Sekitar 15,000 anak dari 75 SD di Jabodetabek sudah menikmati pengalaman sarapan bersama Puck,” tandas Desi.

Untuk diketahui, Puck merupakan salah satu merek keju oles yang diproduksi oleh Arla Foods, perusahaan susu terbesar kelima di dunia yang berbasis di Denmark, yang telah hadir sejak awal 80-an. Selama ini, Puck fokus dipasarkan di wilayah Timur Tengah dan telah menjadi salah satu merek keju oles pilihan masyarakat di wilayah tersebut. 

“Melihat kesuksesan Puck di Timur Tengah, kami berpikir sudah saatnya memperluas pasar produk ini ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Apalagi melihat sarapan belum menjadi kebiasaan yang terbangun dalam keseharian kebanyakan masyarakat di Indonesia,” ujar Managing Director Arla Foods Indonesia, Laurent Ponty. (Anj)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *