Kasus Kanker Anak Tinggi, Orangtua Harus Waspada Jika Anak Mengalami Ini

Health

Anjanesia.com – Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kanker adalah pepenyebab utama kematian di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Penyakit ini pun tak hanya menyerang kelompok dewasa, tapi juga anak-anak. Diperkirakan ada 11 ribu kasus baru kanker anak di Indonesia tahun ini, sayangnya apa yang menjadi penyebabnya masih belum diketahui.

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Ludi Dhyani Rahmartani, Sp.A – KHOM, Secara global jumlah kanker anak mencapai 4 persen, dengan kejadian kanker yang paling sering adalah kanker darah atau leukimia. Sementara kanker mata atau retinoblastoma berada di urutan kedua. 

“Setiap tahun di dunia ada kejadian 400 ribu kanker pada anak. Di Indonesia, jumlah kanker anak yang kerap ditemui adalah kanker darah,” ujar Ludi dalam kegiatan Cancer Talk & Donasi Hero Supermarket untuk Yayasan Pita Kuning di Jakarta, baru-baru ini.

Dia mengatakan, kanker anak bisa menimpa rentang usia 0-18 tahun. “Ada bayi baru lahir sudah kena kanker meskipun jumlahnya sedikit sekali. Kanker darah kerap ditemui di usia 2-7 tahun, kanker mata 1-3 tahun, dan kanker tulang umumnya pada anak remaja,” jelas Ludi.

Namun diakuinya, sampai saat ini penyebab pasti kanker pada anak tidak diketahui, sehingga kita tidak bisa melakukan pencegahan khusus.

“Berbeda dengan kanker dewasa misalnya kanker paru yang dipicu merokok, jadi harus distop merokoknya. Di kanker anak penyebab pasti belum tahu, kalau dibilang genetik, nggak sampai 5 persen. Gaya hidup, makanan, radiasi itu tidak pasti menyebabkan kanker,” katanya.

Dokter Ludi melanjutkan, penyebab kanker anak bisa multifaktorial. Pada siapa kanker itu akan muncul pun tidak bisa diprediksi, karenanya dia menyebut itu merupakan takdir. Meski begitu, dokter Ludi mendorong para orangtua untuk waspada pada perubahan sekecil apapun pada kesehatan atau tubuh anak.

Misalnya, kanker mata yang umumnya menyerang anak usia 1-3 tahun, bila menemukan bintik putih pada mata dengan flash, atau mata kanan dan kiri berbeda seperti ada bintik putih, juling, mata merah tidak sembuh-sembuh, segera berobat.

Dokter sub spesialis Hematologi Onkologi Medik Anak ini menambahkan, “Misalnya mandiin anak, pakai baju, ada benjolan di leher atau di tempat yang nggak seharusnya ada, segera bawa ke dokter.”

Namun, memang tak semua dokter bisa memahami gejala kanker. Dokter pun hanya akan memberi obat tapi di sini peran orangtua untuk selalu mendampingi dan menegaskan pada dokter bahwa apa yang dialami anak bukan hal berbahaya.

Tanda kanker lain yang mesti diwaspadai orangtua adalah anak terlihat pucat, tidak beraktivitas seperti biasa, badan hangat dan demam, ada lebam-lebam biru yang tidak diketahui sebabnya, atau bintik merah yang bukan karena gigitan nyamuk di mana tidak akan hilang ketika kulit diregangkan.

Selain itu, orangtua juga harus melihat perubahan fisik anak, perubahan nafsu dan pola makan, penurunan berat badan, sakit kepala yang tidak hilang, hingga muntah yang tidak jelas penyebabnya.

Jika menemukan salah satu dari gejala tersebut, jangan menunda untuk melakukan pemeriksaan. “Orang tua perlu mengikuti kata hati jika ada keanehan pada anak. Jika dibawa ke dokter dan diagnosisnya kanker, jangan lantas menghilang. Komunikasikan penanganan terbaik dengan dokter. Berjuanglah bersama dokter untuk memberikan perawatan terbaik untuk anak,” saran Ludi.

Dia menekankan pentingnya deteksi kanker anak. Sebab, kanker yang ditemukan di stadium awal memiliki peluang kesembuhan 90 persen dibanding ditemukan di stadium akhir. “Kanker anak bisa sembuh asalkan pengobatannya baik. Angka kesembuhan tinggi jika terdeteksi dini, bisa mencapai 90 persen. Sayangnya banyak pasien kanker anak di Indonesia datang ke dokter sudah stadium lanjut sehingga outcome-nya jelek,” ujar Ludi.

Namun sebelum hal tersebut terjadi, peran orang tua untuk mencegah kanker pada anak juga diperlukan dengan membiasakan pola hidup sehat sejak dini yang bisa dimulai dari mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi.

Dukungan Psikososial

Bila anak sudah divonis menderita kanker, tentunya itu akan menjadi hal yang sulit baginya. Termasuk semua keluarga. Selain material, psikologis keluarga juga terdampak saat anak divonis kanker. 

Yayasan Pita Kuning yang sudah membantu keluarga prasejahtera dalam mendampingi anak yang menjalani pengobatan kanker, menyebut bahwa penanggulangan kanker yang efektif harus sejalan dengan pengetahuan informasi, pengobatan, dan perawatan sehingga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. 

“Kami bekerja di luar pengobatan medis, lebih banyak dalam kehidupan mereka sehari-hari. Layanan utama kami adalah psikossosial, penyaluran dana, bantuan pembayaran BPJS, SPP, edukasi nutrisi termasuk susu. Ada bantuan biaya kontrakan, psikolog, aktivitas-aktivitas refreshing selain kebiasaan dari proses pengobatan,” jelas Dodi Nuriana, Petugas Sosial Yayasan Pita Kuning. 

Dia menambahkan, saat ini ada 45 anak pasien kanker di 4 kota, yakni Jabodetabek, Bal, Medan dan Yogyakarta yang mendapatkan layanan Yayasan Pita Kuning. “Banyak di antara mereka remisi (membaik) setelah dirawat dan mendapatkan pengobatan,” ujar Dodi.

Menandai Hari Kanker Anak Sedunia 2023, PT Hero Supermarket Tbk melalui Hero Supermarket ikut berkontribusi untuk memberikan dukungan, dalam hal ini dukungan psikologis, untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan kanker agar tetap memiliki semangat selama menjalani pengobatan. 

Hendy, Direktur Hero Supermarket, mengatakan bila donasi itu disalurkan melalui Yayasan Pita Kuning yang fokus pada peningkatan kualitas hidup pasien anak dengan kanker dari keluarga prasejahtera di Indonesia. “Kami percaya bahwa setiap anak dan remaja dengan kanker, termasuk mereka yang berasal dari keluarga prasejahtera, bisa mendapatkan perawatan psikososial terbaik dan meningkatkan kualitas hidup mereka,” tandas Hendy.

Dodi menambahkan, “kami menyalurkan donasi materil untuk anak dengan kanker terutama mereka yang berasal dari keluarga prasejahtera, memberikan pendampingan psikososial berkala, menyalurkan dana bantuan kebutuhan bulanan, serta menyediakan akses konseling dan informasi atas kebutuhan perawatan paliatif.” (Anj)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *