Asupan Gizi Ibu Pengaruhi Stunting

Health, Parenting, Woman

Anjanesia.com – Masalah pertumbuhan anak, khususnya stunting, perlu diperhatikan agar generasi muda Indonesia dapat berkembang secara optimal dan berkontribusi terhadap Indonesia yang lebih maju dan produktif. 

Momentum bonus demografi Indonesia yang akan memuncak pada tahun 2030 menjadi kesempatan untuk mengembangkan generasi emas Indonesia, namun masih banyak anak Indonesia yang mengalami gangguan perkembangan yang disebabkan oleh stunting. Studi Kasus Gizi Indonesia telah menemukan bahwa 24,4 persen balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi (stunting) pada tahun 2021. 

Menariknya, permasalahan stunting bukan semata-mata berasal dari faktor genetik namun dari asupan gizi yang belum memenuhi kebutuhan anak. 

Oleh karena itu, Ibu dan seluruh masyarakat Indonesia memiliki peran kunci sebagai agen perubahan untuk menangani dan memutuskan rantai stunting. Bahkan, individu atau pasangan yang belum hamil atau memiliki anak juga perlu memahami pentingnya menjaga asupan gizi diri sendiri agar kelak menghasilkan keluarga dan rumah tangga bebas stunting

Dokter spesialis gizi klinik dr. Diana Felicia Suganda, M.Kes, Sp.GK mengatakan, “Stunting merupakan salah satu permasalahan terbesar bagi perkembangan generasi muda Indonesia. Orang tua, khususnya ibu memiliki peran besar karena dapat menentukan keseimbangan gizi dan kesehatan anak dan diri sendiri sedari remaja. Dengan kebiasaan gaya hidup dan pola makan yang seimbang, masyarakat Indonesia, khususnya anak dan ibu, dapat terbebaskan dari siklus rantai stunting.”

Diana pun memberikan kiat-kiat untuk memutuskan rantai stunting balita Indonesia: 

1. Pola Makan Ibu adalah Pola Makan Anak

Ternyata stunting dapat terjadi sejak anak berada di dalam kandungan. Meski stunting bukan berasal dari permasalahan genetik, perempuan Indonesia perlu memperhatikan pola makan sehat dengan asupan gizi yang cukup untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri, bahkan dari mulai beranjak remaja dan sebelum menikah.

Penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 16,8% remaja, termasuk remaja perempuan, berusia 13-18 tahun memiliki tubuh kurus dan sangat kurus yang disebabkan oleh kurang makan dan asupan gizi. Untuk membantu menanam pola makan sehat di dalam rumah tangga, perempuan memiliki peran penting dalam menjaga kebiasaan pola makan sehat dengan konsumsi makanan berserat, memakan sayur dan buah dan minum air putih.

Dengan menjaga kebiasaan pola makan sehat dan bergizi seimbang, perempuan Indonesia dapat mengurangi risiko punya anak kurang gizi mulai dari masa remaja.

2. Gizi Tidak Seimbang Tingkatkan Risiko Kesehatan pada Bumil dan Janin.

Selain berisiko bagi anak, asupan gizi yang tidak seimbang juga akan memengaruhi kesehatan ibu hamil loh, mulai dari anemia, sembelit, hipertensi, diabetes gestational, dan hiperemesis gravidarum atau mual dan muntah berlebih sehingga dapat mempersulit masa kehamilan ibu. Perempuan yang stunting, kelak berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang memiliki risiko tinggi kondisi stunting.

Oleh karena itu sangat penting bagi ibu hamil untuk menerapkan prinsip gizi seimbang dengan memenuhi asupan energi dan protein, asam lemak dan asam folat, serat, zat besi, serta vitamin dan mineral. Dengan memperhatikan asupan gizi ibu hamil dan keluarga, asupan gizi anak juga akan lebih baik dan diturunkan kepada buah hati sejak dini.

3. Pola Asuh Terbaik Bagi Anak Mulai dari Masa Kehamilan Hingga 1000 Hari Pertama Kehidupan

Sangat penting untuk diketahui bahwa kondisi stunting pada anak tidak bisa berubah. Data Studi Kasus Gizi Indonesia telah menunjukkan bahwa dari 34 Provinsi di Indonesia, hanya 1 provinsi sudah termasuk dalam kategori gizi baik. Untuk mencapai perbaikan gizi anak di seluruh Indonesia, perlu diperhatikan masa kritis perkembangan anak, salah satunya adalah dalam 1000 hari pertama kehidupannya (HPK), yang dimulai dari 270 hari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau 730 hari.

Meskipun kondisi stunting tidak bisa diubah, stunting masih dapat dicegah demi menciptakan masa depan generasi muda yang lebih baik. Orang tua dapat menjaga asupan gizi yang seimbang bagi anak dengan menerapkan Isi Piringku, acuan Kementerian Kesehatan yangmenggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang berisi 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen karbohidrat dan protein.

4. Jangan Ragu Tanya ke Dokter Gizi

Dengan konsultasi kepada dokter gizi serta dokter anak, orang tua dapat terus memantau kebutuhan gizi anak dan mencegah stunting terjadi pada anak. Pada masa kritis 1000 HPK, anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Jika tidak ditangani, maka kondisi stunting di anak usia lima tahun akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja serta mempengaruhi potensi kesuksesan di masa mendatang.

Demi masa depan anak yang cemerlang, orang tua dapat konsultasi dengan dokter ataupun mencari informasi dari internet dan komunitas orang tua untuk membuat resep makanan yang praktis dan menggugah selera anak dengan gizi seimbang di rumah dengan kandungan mikro dan makronutrien yang optimal dan sesuai takaran, dari mulai lauk pauk hingga bumbu tambahan seperti lada, garam, ataupun MSG.

5. Terapkan Isi Piringku untuk Mendukung Gaya Hidup Sehat Mulai dari Rumah

Kehadiran inisiatif program dan kegiatan yang fokus terhadap gizi anak dan ibu sangat membantu dalam memberikan edukasi mengenai makanan dan asupan gizi yang cukup. Dengan panduan Isi Piringku, orang tua dapat mengambil peran aktif untuk menjaga gaya hidup sehat bagi anak dan keluarga, mulai dari isi piring yang seimbang hingga mengonsumsi air putih yang cukup dan olahraga setiap hari.

Perbaikan dan pencegahan kondisi stunting yang memengaruhi peluang kesuksesan dalam kehidupan anak menjadi komitmen orang tua serta keluarga demi masa depan anak yang cemerlang. Yuk, mari kita sama-sama atasi stunting anak Indonesia!
Dalam rangka menyemarakkan Hari Gizi Nasional pada setiap tahunnya yang jatuh pada tanggal 25 Januari, Unilever Indonesia melalui Royco mendukung pola makan sehat serta asupan gizi yang seimbang untuk melawan stunting di Indonesia. Mengedepankan panduan Kementerian Kesehatan tentang porsi makan “Isi Piringku”, Royco berbagi menu sehat dengan gizi seimbang melalui Program Royco NutriMenu bagi keluarga Indonesia. Selain itu komitmen Royco dibuktikan dengan inovasi produk yang telah hadir dengan garam beriodium untuk bantu tumbuh sesuai perkembangan anak, sekaligus mencegah terjadinya hidden hunger atau kelaparan tersembunyi.

Unilever Indonesia melalui Royco terus mendukung inisiatif Isi Piringku pemerintah dengan komitmen Royco NutriMenu yang telah menjangkau hampir 17 juta orang di 22 provinsi di Indonesia sejak tahun 2019. Royco telah berkolaborasi dengan PKK, BKKBN, PNM, IBI, serta LSM dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah serta sektor swasta untuk mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.(anj)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *