Wastra Nusantara Melenggang Di IN2MOTIONFEST 2022

Fashion

Anjanesia.com – Ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) kembali digelar selama 5 hari, yaitu mulai Rabu hingga Minggu, 5-9 Oktober 2022, di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC).
Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST) menjadi salah satu agenda dari ISEF yang digelar tahun 2022 ini. IN2MOTIONFEST 2022 mengusung tema “Local Product, Global Look” yang mengangkat kearifan lokal modest fashion dengan wastra dan kain lokal Indonesia.

Acara ini terdiri dari pameran dagang berstandar internasional, sebagai etalase produk-produk muslim, kompetisi talkshow, business matching, hingga fashion show yang menampilkan 163 desainer busana dan aksesoris Indonesia. Serta, desainer tamu dari Malaysia, Thailand dan Prancis.

Dalam sambutannya di opening show In2MotionFest 2022 pada Kamis (6/10), Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan bahwa IN2MOTIONFEST 2022 bersama dengan Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Kementerian Koperasi dan UKM mampu memperkuat brand Indonesia sebagai pusat modest fashion di kancah internasional.

“Dengan melibatkan ratusan designer dari dalam dan luar negeri, dengan penggunaan lebih dari 14 wastra nusantara, diharapkan ke depannya akan lebih banyak lagi stakeholder yang terlibat dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai trendsetter industri modest fashion dunia,” kata Teten.

Sementara, Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam sambutan pembukaannya menyampaikan, “In2MotionFest diharapkan akan menjadi The Biggest International Modest Fashion Festival yang sejajar dengan event fashion berskala internasional lainnya,” kata Perry.

Rencananya penyelenggaraan IN2MOTIONFEST akan rutin dilaksanakan setiap tahunnya yang menjadi rangkaian perhelatan ISEF. “Hal ini merupakan wujud komitmen untuk mengembangkan ekosistem modest fashion Indonesia,” tutur Perry.

Membumikan Wastra Nusantara

Lufi Vadisa dengan koleksi Diversity. (dok. Istimewa)

Pada penyelengaraan IN2MOTIONFEST di hari pertama, Rabu 5 Oktober 2022, sejumlah desainer berlomba-lomba untuk memamerkan karya terbaiknya. Beberapa di antaranya adalah Hannie Hananto, Iva Lativah, Lily Gunawan, Ina Priyono X Lamops, Jeny Tjahyawati X Buccheri, Luffi Vadisa, dan Leny Rafael.

Tampil memamerkan karya-karyanya pada parade pertama, designer Fashion yang berasal dari Yogyakarta, Lufi Vadisa, juga ikut memperagakan koleksi busananya. Dengan mengusung tema Diversity, koleksi ini terinsipirasi kekayaan wastra Indonesia yang sangat indah dan beraneka ragam, diantaranya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Toraja.

Brand saya selalu menggunakan wastra. Dan untuk koleksi Diversity ini saya menggunakan kain tenun dari NTT dan Toraja. Para pengrajin disana membuat kain tenun dengan sepenuh hati. Motif tenunnya lebih detil. Sehingga dari latar belakang tersebut, saya menggabungkan kain tenun dari daerah tersebut menjadi sebuah karya fashion,” kata Lufi yang sudah mulai menekuni dunia fashion desainer sejak tahun 2016 itu.

Koleksi ini mengeksplorasi konsep sustainable fashion dan teknik handmate dari teknik tenun itu sendiri, yang menjadi daya pikat utama karya ini.

Untuk koleksinya yang berjumlah 8 look kali ini, Lufi menggunakan material kain katun, linen, dan perpaduan tenun NTT dan Toraja untuk menciptakan keindahan karya lokal dan nilai koleksi ini. “Proses pengerjaannya cukup lama. Untuk kain tenunnya saya ambil dari pengrajin yang sudah jadi. Tapi untuk yang bahan polosnya, saya celup sendiri, sehingga warnanya bisa sesuai dengan yang saya inginkan,” ujar fashion designer yang mengusung brand Luvnic itu.

Didominasi dengan warna biru, oren, bata, hijau army, serta perpaduan aksesories pendukung, seperti topi dan kalung, sehingga menambah penampilan yang atraktif. Karya ini terdiri dari kombinasi blus, outer, dan rok. Diharapkan koleksi ini dapat memberikan kesan modern, casual, dan elegant bagi pemakainya.

“Selama ini orang menggunakan sarung tenun untuk acara-acara formal. Tapi kalau saya pakai jadi outer, inner, atasan, cuma dikasih sedikit-sedikit untuk kombinasi, maka akan lebih terlihat modern dan bisa dipakai untuk sehari-hari, namun tetap elegan. Dan harganya juga bisa lebih ditekan,” ungkap fashion designer yang menyasar target market rentang usia 25 tahun – 55 tahun itu.

Kolaborasi Desainer dan UMKM

Sementara di Rangkaian Opening Ceremony IN2MOTIONFEST 2022, Kamis (6/10) dipersembahkan parade karya kolaborasi desainer dan UMKM binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) dari sejumlah daerah, seperti Tiraz by Novita Yunus & KPw Sulawesi Tenggara, Tuty Adib & KPw BI Riau, Naniek Rachmat & KPw BI Sulawesi Tengah, Itang Yunasz & KPw BI Jawa Timur, Nurzahra & KPw Kalimantan Barat, Amy Atmanto & KPw BI Jawa Tengah, Nina Nugroho & KPw BI Cirebon.

Identitas lokal dari keragaman wastra serta kerajinan tangan dari masing-masing daerah tersebut dituangkan dalam bermacam gaya modest fashion dengan tampilan global untuk memperkuat Indonesia sebagai pusat inspirasi dan produksi fesyen muslim dunia.

Karya Nina Nugroho & KPw Cirebon. (dok. Istimewa)

Dalam kesempatan ini, Nina Nugroho menampilkan 8 koleksi terbarunya bertajuk Duende. Kali ini Nina Nugroho mendapat dukungan penuh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon dan mengusung batik Ciwaringin, Cirebon dalam koleksinya kali ini. Melihat motif dan warna batik Ciwaringin yang indah, Nina pun langsung jatuh cinta. Dari tangannya lahir 8 looks dengan menggunakan bahan utama batik Ciwaringin bernuansa biru. Koleksinya terdiri dari shirt, midi shirt, tunik, blazer yang dipadukan dengan pipe pants, skirt, dan cullote.

karya Tiraz by Novita Yunus & KPw Sulawesi Tenggara. (dok. Istimewa)

Dan Koleksi Novita Yunus menampilkan kain Tenun Buton dari Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Tenun Buton yang kaya warna ini serta motif dan corak beragam dipadukan dengan material katun dan linen. Bentuk rancangannya pun begitu menarik mulai dari blus manset, outer tunik hingga loose pants.

Karya Tuty Adib & KPw Riau. (dok. Istimewa)

Sementara pada karya Tuty Adib merancang Tenun Riau dengan warna gelap namun corak berwarna terang menjadi maxi skirt yang elegan. Ia memadukannya dengan blus berlengan balon yang berwarna cerah pula. Tenun Riau lainnya dibuat dengan nuansa lebih elegan dan mewah berwarna merah maroon dan emas menjadi gaun panjang, outer panjang, hingga blouse yang mempesona.

Karya Naniek Rachmat  & KPw Sulawesi Selatan. (dok. Istimewa)

Kemudian, Tenun Donggala yang khas di Sulawesi Selatan sepertinya menjadi pilihan Naniek Rachmat dalam merancang karya terbarunya. Warna tenun Sulawesi Tengah yang penuh corak dan paduan warna terang seolah menjadi tren kekinian dengan sebutan ‘Cewek Kue’. Ya, warna-warna seperti ungu, hijau, merah, kuning, biru, hingga orange berpadu dalam rancangan blouse, vest panjang, loose pants, kemeja sekaligus outer, serta jogger pants.

 Karya Itang Yunasz & KPw Jawa Timur. (dok. Istimewa)

Batik khas Jawa Timur begitu memikat dalam karya Ikat Memikat by Itang Yunasz. Pilihan warna batik bernuansa pastel dan bold, membuatnya nampak elegan. Tak heran, Itang Yunasz merancangnya menjadi blazer, maxi skirt, blouse sehingga membuat perempuan terlihat begitu powerful sekaligus enerjik!

karya Nurzahra & KPw Kalimantan Barat. (dok. Istimewa)

Tenun asal Kalimantan Barat ditunjukkan oleh Nurzahra dengan warna-warna pastel dan earth tone. Warna pastel ini dirancang menjadi outer mulai dari skirt, blazer, bomber jacket, cardigan hingga vest. Dengan tema earth tone, Nurzahra memadukannya dengan pakaian sederhana mulai dari kaos polos berwarna cerah, topi kuning kecoklatan, hingga celana curbray dan kaos kaki.

Karya Dian Pelangi & KPw Nusa Tenggara Barat. (dok. Istimewa)

Dian Pelangi merancang karyanya dengan kain khas Nusa Tenggara barat dengan warna cerah dan bold serta corak sulur berwarna gelap dan keemasan. Kain adat itu dibuat menjadi long skirt dan loose pants setinggi perut yang melebar di bagian atas, dengan ikat pinggang yang khas. Selain itu, ia juga merancang kain itu menjadi gaun hingga outer. Uniknya, Dian memadukan motif dan warna kain khas itu dengan typography (seni cetak) yang tercatut di tiap desainnya. Typography tersebut berasal dari deretan nama Dian Pelangi dengan dicetak warna hitam dan dasar kain putih. Typography tersebut dipadukan dalam lengan gaun, ikat pinggang, topi lebar, hingga celana. (Anj)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *