Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Bekasi, Dukung Peningkatan Status Kesehatan Anak Indonesia
Health, Lifestyle, News![makan bergizi](https://anjanesia.com/wp-content/uploads/2024/12/AdobeStock_749399362-scaled.jpeg)
Anjanesia.com – Progam Makan Bergizi Gratis (MBG) sedang diujicobakan di sejumlah titik, salah satunya di kabupaten Bekasi Jawa Barat.
Sejak Oktober lalu, ada 2.000 siswa dari 10 sekolah (8 SD dan 2 SMP) di area Cikarang menerima makanan program unggulan pemerintah Prabowo-Gibran ini.
Uji coba ini merupakan bagian dari rangkaian persiapan program prioritas pemerintah pusat dalam memberikan makanan bergizi gratis bagi anak sekolah. Program ini digelar untuk menyongsong target Indonesia Emas 2045.
Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR), I Dewa Made Agung mengatakan, rangkaian uji coba dilakukan untuk mengetahui formula paling tepat merealisasikan program makan bergizi gratis. Uji coba dilakukan di banyak tempat untuk menyesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
“Di berbagai belahan dunia, program makan gratis ini digunakan dengan berbagai modifikasi. Ada yang melalui kantin kemudian guru-gurunya memasak, ada yang pakai dapur umum, pakai makanan siap saji dan sebagainya. Nah yang paling bagus di Indonesia yang mana, belum diketahui. Karena keanekaragaman kita, sehingga harus terus disesuaikan,” katanya disela-sela uji coba program makan bergizi gratis di SDN Pasir Ranji 04, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, beberapa waktu lalu.
Dari hasil uji coba yang dilakukan, telah ditetapkan bahwa menu yang disajikan dalam program makan bergizi gratis ini tidak baku. Setiap daerah dapat memodifikasi menu namun harus sesuai dengan angka kebutuhan gizi harian.
“Sebagai contoh itu saat pilot project pertama itu di Sukabumi, orang di Jabar itu kan suka seblak tapi kan tidak sehat. Makanya bagaimana buat seblak tapi yang bergizi. Makanya menunya dengan kearifan lokal. Makanya kami sepakat tidak mengunci menunya tapi mengunci AKG-nya,” ucap dia.
Penyesuaian menu ini, lanjut Dewa, agar program makan bergizi gratis tidak sebatas pada penyajian makanannya. Namun, bagaimana anak-anak menyukai makanan yang disajikan dan mengonsumsinya sampai habis.
“Itulah mengapa menu makanannya harus disesuaikan dengan kesukaan anak. Agar makanannya juga dimakan,” ucap dia.
Setidaknya terdapat empat menu yang disajikan selama program uji coba. Pertama; nasi putih, ayam panggang, sop tahu sawi bakso, jeruk dan susu. Kedua; nasi putih, ikan katsu saus jamur, tumis buncis wortel, puding dan susu. Ketiga; nasi putih, telur ceplok bumbu tomat, asem-asem buncis tahu, pisang dan susu. Keempat; nasi putih, sate lilit, sop pokcoy, puding dan susu.
Kandungan gizi dalam menu tersebut dinilai telah sesuai dengan rincian energi 29,2 persen, karbohidrat 26,8 persen, protein 37,5 persen dan lemak 32,3 persen.
Head of Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro mengatakan, “Dengan dijalankannya upaya peningkatan kualitas hidup melalui konsumsi makanan bergizi yang lebih rutin, anak-anak dapat tumbuh lebih sehat sehingga akan lebih berdaya untuk belajar dan mampu mengembangkan diri. Dengan sumber daya manusia yang unggul dan kolaborasi lintas sektor maka tujuan besar Indonesia Emas 2045 akan mampu terwujud.”
Menurutnya, salah satu sumber protein terbaik yang disajikan dalam menu bergizi adalah susu. Di masa pertumbuhan, tidak hanya fokus pada pembentukan tulang dan otot, susu juga dapat memberikan kontribusi besar untuk perkembangan otak.
Temuan terbaru The South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) II menyebut asupan nutrisi anak Indonesia, khususnya vitamin D dan kalsium, masih belum memenuhi target yang direkomendasikan. Studi tersebut juga mendapati bahwa konsumsi susu saat sarapan mampu meningkatkan asupan harian vitamin D dan kalsium yang lebih tinggi; masing-masing 4,4 kali dan 2,6 kali lebih tinggi.
Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (PKGM FKM) UI, Prof. Dr. drg Sandra Fikawati MPH menegaskan manfaat makanan bergizi yang dilengkapi dengan susu dalam proses tumbuh kembang dan belajar anak.
Menurutnya, susu merupakan protein hewani yang mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral seperti vitamin D, vitamin A, zinc, kalsium, fosfor, dan magnesium.
Susu memiliki berbagai manfaat untuk tubuh seperti meningkatkan fungsi kognitif anak, membantu perkembangan otot, meningkatkan kepadatan tulang, memperkuat imunitas, mengatur sistem kekebalan tubuh, memberikan rasa kenyang lebih lama, dan membantu mengatur berat badan.
“Selain memiliki banyak manfaat bagi tubuh, susu memiliki keunggulan dalam hal disukai oleh anak dan kepraktisannya untuk dibawa dan dikonsumsi. Promosi dan informasi mengenai pentingnya susu untuk anak jarang ditemukan beberapa tahun terakhir ini. Dengan adanya program pemerintah ‘Makanan Bergizi Gratis’ bagi anak yang memasukkan susu dalam menu, maka edukasi tentang pentingnya susu bagi anak harus semakin dimunculkan agar anak dan orangtua memahami pentingnya susu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,” jelas Prof. Fika.
Ia mengatakan, idealnya anak minum susu dua gelas sehari atau sebanyak 300 ml.
Dalam sebuah jurnal penelitian tertulis bahwa konsumsi susu setiap hari mengurangi risiko terkena stunting.
Prof. Fika menuturkan, tidak ada waktu ideal untuk mengkonsumsi susu. Ia menyarankan, konsumsi segelas susu saat pagi sebagai pengganti sarapan. Diketahui, sarapan dengan produk susu dapat meningkatkan asupan mikronutrien, terutama vitamin D dan kalsium, yang sangat penting bagi anak-anak.
“Biasanya anak-anak dari rumah dibekali susu itu juga sudah sangat membantu. Daripada mereka tidak makan sama sekali, minum susu saja. Ingat yang paling penting itu minum susu,” pesan Prof.Fika.
Adapun dalam ujicoba program makan siang gratis di 10 sekolah di area Cikarang, penerimaan siswa pada minuman susu sebesar 93 persen.
“Anak Indonesia rata-rata sangat jarang konsumsi susu, karena keterbatasan akses. Di program ini ternyata anak-anak suka. Jadi bukan anak-anak tidak suka susu, melainkan akses mendapatkan susu yang susah,” katanya.
I Dewa Made Agung menjelaskan dalam program uji coba ini, pihaknya memastikan menu yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi harian anak.
Menu yang disajikan, diantaranya adalah nasi putih, ayam panggang barbeque, sop tahu sawi bakso, jeruk dan susu 115 ml.
Lalu nasi putih, ikan katsu saus jamur, tumis buncis wortel, puding dan susu 115 ml.
Menu lainnya nasi putih, telur ceplok bumbu tomat, asem-asem buncis tahu, pisang dan susu 115 ml. Atau menu nasi putih, sate lilit, sop pokcoy sosis, puding dan susu 115 ml.
“Menu yang disajikan pada program sudah memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) untuk satu kali makan (khususnya makan siang), baik dari asupan energi, karbohidrat, protein maupun lemak,” ujar I Dewa Made Agung.
Adapun persentase batas kecukupan gizi pada program ini adalah sekitar 30 persen AKG.
Selain itu prosesnya pun melibatkan partisipasi berbagai pihak yang terkait termasuk komunitas sekolah, mulai dari penyiapan hingga pengiriman makanan, serta memastikan pengelolaan limbah dilakukan secara berkelanjutan.
“Salah satu hasil monitoring yang kami dapatkan juga dan dapat dijadikan rekomendasi ke depan yakni terkait asupan standar gizi yang mesti diterima para penerima manfaat serta upaya pengelolaan limbah organik maupun non organik yang bisa dilakukan setelah proses konsumsi di sekolah,” jelasnya.
Ia mengatakan, “Menariknya, pada program uji coba ini, kami juga menemukan bahwa susu menjadi komponen menu paling disukai, dilanjutkan buah dan puding, nasi, lauk hewani, dan sayur. Dalam 2 bulan penyelenggaraannya, kami melihat model program holistik seperti ini dapat direplikasi di berbagai wilayah lain di Indonesia, khususnya di daerah urban dan daerah sekitaran Industri.” (Anj)