
Anjanesia.com – Pendidikan di Provinsi Maluku masih menghadapi sejumlah tantangan. Heka Leka, yayasan yang memiliki misi untuk mengubah kehidupan anak-anak Maluku melalui pendidikan berkualitas untuk anak usia dini dan sekolah dasar, berusaha mencari solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dipengaruhi kondisi geografis dan akses.
Maluku yang memiliki sekitar 1.400 pulau dengan 92% akses melalui laut, menjadi tantangan disparitas yang diperjuangkan agar literasi anak-anak Maluku bisa terus maju.
Provinsi Maluku masih menghadapi sejumlah tantangan besar dalam sektor pendidikan, seperti infrastruktur pendidikan yang kurang memadai seperti ruang kelas, sarana belajar, hingga akses internet untuk mendukung pembelajaran digital.
Masalah distribusi tenaga pendidik yang berkualitas dan tidak merata dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan juga menjadi perhatian penting karena berdampak pada tingkat putus sekolah yang relatif tinggi, terutama untuk anak-anak pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD).
Berdasarkan Data Verifikasi Pusdatin, November 2023, data rasio pendidik dan peserta didik di Provinsi Maluku memiliki perbandingan 1:12 untuk sekolah dasar, sementara itu juga terdapat 1.076 anak putus sekolah pada tingkatan yang sama.
“Heka Leka sangat bersyukur memiliki jejaring yang sangat peduli mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Maluku. Jejaring itu kemudian semakin erat menjadi persahabatan dan terus meluas, hingga pada usia kami yang ke-13 tahun ini telah memberikan banyak sekali perubahan positif bagi anak-anak Maluku,” ujar Stanley Ferdinandus, pendiri dan Direktur Yayasan Heka Leka dalam temu media di Jakarta, baru-baru ini.
“Bisa dikatakan 80% sahabat-sahabat kami adalah dari luar Maluku, bahkan hingga di luar Indonesia,” lanjutnya.
Heka Leka merayakan persahabatan ini dengan terus membuka diri pada berbagai kolaborasi dan kontribusi dari siapa saja yang ingin bersama-sama membangun manusia Maluku melalui berbagai hal positif, baik itu pendidikan formal dan non formal, sarana bacaan, olahraga, budaya, dan lain-lain.
“Saat ini bersama para sahabat dari berbagai kalangan dan latar belakang, kami berusaha menginisiasi ide-ide program yang lebih kreatif, sehingga bisa menjangkau lebih banyak ketertarikan orang untuk mendukung pendidikan anak-anak Maluku,” imbuh Stanley.
Heka Leka membangun inisiatif strategis dengan tahap awal yang bertema Pengembangan Lanjut Literasi Kepulauan di Maluku.
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pendidikan melalui pendekatan terstruktur untuk pelatihan guru, pengembangan kurikulum, dan pelibatan masyarakat dalam peningkatan kualitas pendidikan secara swadaya.
Di dalam strategi ini juga dirancang program untuk mengatasi tantangan kritis pada tingkatan PAUD dan pengembangan literasi dasar di Provinsi Maluku dan wilayah Indonesia Timur yang lebih luas.
Data tahun 2024 dari Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini di bawah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, mengungkapkan bahwa hanya sepertiga guru PAUD di Maluku yang memiliki gelar sarjana.
Itu berarti sekitar 1.380 guru, sementara mayoritas, 3.338 guru (sekitar 70,8%), tidak memiliki kualifikasi tersebut
Di luar pelatihan guru, problem literasi yang dihadapi Maluku menimbulkan tantangan tambahan. Provinsi ini berada pada peringkat ke-24 dari 34 provinsi dalam Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2019, yang menyoroti kendala signifikan dalam menumbuhkan budaya membaca dan literasi.
Persebaran geografis pulau-pulau dan akses terbatas ke sumber daya semakin mempersulit upaya untuk meningkatkan literasi, yang penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Pencapaian Heka Leka
Pada 2024 Heka Leka telah mencapai usia ke-13 dan telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 200an guru PAUD untuk meningkatkan kualitas pengajaran di daerah terpencil, memfasilitasi lebih dari 2.000 guru SD-SMA/SMK dari puluhan sekolah, memfasilitasi lebih dari 20.000 murid PAUD dan SD, serta menyalurkan lebih dari 50.000 buku pelajaran dan bacaan melalui Program Maluku Membaca.
Sejak 2022 Heka Leka memperkuat program Maluku Membaca dengan mengembangkan Program Literasi Kepulauan.
Melalui Room To Read Heka Leka memfasilitasi 12 Sekolah Dasar di Pulau Saparua untuk pengembangan perpustakaan ramah anak.
Targetnya sebelum 2028 Heka Leka mampu menyelesaikan 100 perpustakaan ramah anak dari Pulau Haruku, Saparua, Nusalaut dan Kepulauan Banda.
Tidak sampai di situ saja, Heka Leka juga memberikan dukungan pendidikan kepada lebih dari 200 anak dari keluarga kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Pencapaian ini adalah hasil kolaborasi Heka Leka sejak berdiri pada 2011 bersama banyak pihak, baik lembaga pemerintahan, swasta, komunitas lokal, dalam negeri, dan , maupun perorangan.
Selain itu, bersama Ayo Bantu, sebuah platform donasi online, Heka Leka mengukuhkan kesepakatan kerja sama penggalangan dana untuk kampanye Literasi Kepulauan.
Kesepakatan lainnya dilakukan dengan Jalin Mimpi, sebuah organisasi nirlaba pendidikan, untuk menggerakkan program traveling dan sharing ‘Shareveling’ bagi siapa saja yang ingin berwisata ke Maluku sambil menjadi relawan pendidikan.
Terdapat juga program ‘Jelajah Rempah’ bersama komunitas pelari untuk mengadakan ajang lari di Maluku dan Jakarta sebagai usaha merealisasikan pembangunan 28 perpustakaan di Pulau Saparua.
Sahabat lainnya yang juga memberikan dukungan adalah Nada CreativePro, melalui kampanye komunikasi untuk berbagai program Heka Leka.

Acara yang berlangsung 16 November juga dihadiri oleh Anies Baswedan yang sudah menjadi sahabat Heka Leka sejak tahun 2012 dan Dr. Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, yang telah banyak memberikan masukan strategis untuk program-program Heka Leka.
Stanley berharap melalui berbagai program kolaboratif ini, Heka Leka bercita-cita mewujudkan manusia Maluku yang cerdas dan sejahtera, menjaga pertumbuhan mereka dalam lingkungan yang aman dan kondusif, serta tetap menghargai akar budaya dan memberikan kontribusi positif bagi komunitas di sekitarnya. (Anj)