Ceriakan Dunia Anak bersama Ronald McDonald House Charities
LifestyleAnjanesia.com– Sebagai langkah untuk mendukung peningkatan kesehatan anak Indonesia, Ronald McDonald House Charities (RMHC) menggalakkan kampanye #CeriakanDunianya. RMHC ingin fokus pada pengembangan kebahagiaan anak, terutama mereka yang dalam keadaan sakit.
Karena itu RMHC menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan beberapa rumah sakit lainnya yang menjadi mitra, yakni Rumah Sakit di RSUP Fatmawati dan RSUP Prof. dr. IGNG Ngoerah, Denpasar, Bali, dalam menyediakan rumah singgah bagi anak dan keluarganya yang tempat tinggalnya jauh ketika menunggu giliran pemeriksaan atau berobat di tiga RS tersebut.
“Jadi tujuan kami memang supaya anak-anak itu tidak merasa kesepian dan ketakutan. Maka kami ciptakan rumah singgah ini supaya keluarga bisa tetap dekat dengan anak mereka yang sakit tanpa kelelahan karena tidak ada tempat menunggu,” jelas Ratih P. Negara, Head Program Yayasan RMHC, di RMHC Kiara, RSCM, Jakarta Pusat, pada Jumat (21/7) lalu.
Sedangkan tujuan pendirian rumah singgah, lanjut Ratih, agar para keluarga pasien yang dirawat inap di rumah sakit dapat tidur dan memiliki tempat istirahat yang lebih nyaman dan menghemat biaya.
Di rumah singgah RMHC yang ada di RSCM, anak dan dua orang dari keluarga pendamping bisa mendapatkan fasilitas kamar, ruang cuci hingga dapur. “Di Gedung Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSCM kita menyebutnya Rumah Kiara mulai beroperasi 2017, di sini kami ada 12 kamar,” katanya.
Adapun persyaratan dapat menggunakan rumah singgah RMHC tersebut, lanjut Ratih, paling utamanya adalah jarak rumah pasien dengan rumah sakit dan pasien tidak mengidap penyakit menular.
“Ada beberapa persyaratan, salah satu syarat utama jarak rumah pasien dengan RSCM itu minimal 15 kilometer. Penyakitnya tidak boleh penyakit menular,” ujarnya.
Ratih mengungkapkan, pihaknya tidak bisa melayani semua keluarga pasien anak di RSCM karena keterbatasan ruangan dan berbagai fasilitas lainnya, sehingga sering harus daftar tunggu (waiting list) terlebih dahulu.
“Kami koordinasikan dengan perawat, ini syarat-syarat kami, jika ada yang membutuhkan silakan kontak kami. Kami terima rekomendasi dari rumah sakit, biasanya penuh bahkan waiting list sampai 4-5,” katanya.
Luapkan Emosi Melalui Gambar
Ratih mengatakan, ketika menunggu di rumah singgah, anak-anak akan merasa jenuh jika tidak ada sarana untuk membuatnya senang. Kondisi itu dapat mengganggu psikologis dan memengaruhi pada kecepatan kesembuhan anak.
Untuk itu, kali ini pihaknya memberikan peralatan untuk menggambar selain sejumlah mainan dan buku bacaan anak-anak yang tersedia di rumah-rumah singgah di atas.
Menurut Ratih, kondisi mental anak yang sedang sakit penting untuk terus didukung dan didampingi, demi mempercepat proses pemulihannya. Salah satu cara terbaik menurut Ratih adalah melalui aktivitas menggambar, yang dapat menjadi sarana berekspresi bagi anak.
“Banyak anak yang sulit mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui kata-kata. Ini setidaknya dialami anak-anak di RMHC Kiara. Makanya hari ini kami juga mengajak anak-anak menggambar, untuk mendorong mereka berekspresi lewat gambar,” jelasnya.
Pendapat senada dilontarkan Psikolog Klinis Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi. Bahkan, dalam bidang pekerjaannya, wanita yang biasa disapa dengan nama Nina ini kerap mengandalkan kegiatan menggambar untuk mengobservasi kondisi psikologis yang sedang dialami seorang anak.
“Sebelum mendiagnosis, anak-anak kan tidak selalu mudah diajak bicara. Jadi, kami biasanya mengajak mereka menggambar. Nanti, dari gambar itu kita bisa tahu, misal dia banyak sekali menggunakan warna hitam, itu bisa jadi indikator anak mengalami depresi,” jelas Anna.
“Melalui kegiatan gambar-menggambar, membantu mereka mengekspresikan perasaan bahagia bersama keluarga dan orang terdekat, yang menjadi sumber inspirasi,” katanya.
Nina mengungkapkan, kegiatan ini membantu meningkatkan kondisi emosional anak selama masa perawatan sehingga mereka merasa lebih baik dan terdukung.
Nina juga memaparkan bahwa menggambar bisa membangun hubungan antara orang tua dan anak, terlebih apabila orang tua dan anak melakukannya bersama-sama dalam satu median.
Ketika menggambar bersama, biarkan anak tetap menggambar lebih banyak dari orang tua agar kreativitasnya terbangun dan sang anak tidak merasa gambarnya jelek atau merasa apapun yang dia lakukan akan selalu dibantu oleh orang tua.
“Hasil gambarnya juga bisa menjadi kenangan manis. Bisa disimpan proyek gambar bersamanya itu. Kalau perlu dipajang sehingga bisa kita banggakan. Anak juga akan merasa dia menjadi bagian dari keluarga,” kata Nina.
Ia menambahkan, perbedaan gambar dari setiap kategori usia menunjukkan bahwa kemampuan pikiran dan emosi seorang anak terus meningkat seiring bertambahnya umur. Maka, gambar yang dibuat berdasarkan kategori umurnya juga bisa menunjukkan pertanda kesehatan mental tertentu.
Lebih lanjut Ratih mengatakan bila mereka akan mengadakan kegiatan rutin untuk menggambar bersama anak-anak. Selain mendorong mereka berekspresi, Ratih juga berharap cara itu dapat membantu mendekatkan anak dengan orang tua mereka. Karena dukungan dari keluarga dan lingkungan kepada anak sangatlah penting.
“Betul bahwa ini juga bisa menjadi cara untuk menjalin attachment dengan anak, terutama kalau mereka menggambar bersama di satu kertas. Misal orang tua menggambar langit, anak menggambar daratannya. Kerja sama demikian bisa meningkatkan bonding antara orang tua dan anak,” tandas Nina
Ratih menegaskan bahwa Pihaknya terus mengajak anak-anak untuk rutin menggambar guna melatih anak bahwa ada pilihan media untuk mengekspresikan perasaannya. “Ini untuk terapi dia juga,” ujarnya.
Dia berharap melalui aktivitas itu, RMHC dapat membantu menciptakan lingkungan yang positif, memberi semangat untuk kesembuhan dan memberikan dukungan bagi masa depan anak yang lebih baik. (Anj)